Kamis, 08 November 2007

PROBLEMATIKA MBS

PROBLEMATIKA PELAKSANAAN MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH

Permasalahan yang terjadi dilapangan
1. Kenyataan kondisi riil pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) di lapangan:
a. Adanya implementasi manajemen berbasis sekolah yang masih belum berjalan sesuai dengan yang diharapkan.
b. Akibat dari pelaksanaan manajemen berbasis sekolah, sering terjadi konflik kepentingan antara aparat pemerintah dengan sekolah.
c. Pemahaman tentang Manajemen Berbasis Sekolah yang masih belum maksimal baik oleh pemerintah maupun oleh pihak komunitas sekolah, karena masih banyak yang beranggapan bahwa dengan diberlakukannya sistem ini akan menghabiskan seluruh fungsi dan peran yang selama ini dilakukan pemerintah.
d. Stakeholder pendidikan belum maksimal melakukan partisipasi aktif dalam upaya peningkatan mutu pendidikan di sekolah. Sekolah belum bisa menganalisa kebutuhan mereka sendiri, belum maksimal menghargai ide-ide, belum maksimal melakukan respon aspirasi masyarakat.
e. Akuntabilitas semata-mata hanya ditujukan kepada pemerintah melalui kepatuhannya menjalankan tugas bukan menunjukkan adanya akuntabilitas yang kuat kepada siswa dan warganya melalui pemberian layanan yang bermutu.
f. Dalam pembentukan anggota Komite Sekolah dan Dewan Pendidikan di daerah belum dilakukan secara transparan, akuntabel dan demokratis. Maksudnya bahwa dalam pembentukannya belum dilakukan secara terbuka dan diketahui oleh masyarakat secara luas.

Pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah masih banyak diilhami dan dipengaruhi berbagai kebijakan birokratik-sentralistis masa lalu, akibatnya:
a. Belum dapat dilaksanakannya prinsip-prinsip Manajemen Berbasis Sekolah (kemandirian, kemitraan, partisipasi, keterbukaan, dan akuntabilitas) secara optiomal. Sebagai contoh liburan semester yang telah dituangkan dalam kalender pendidikan (kaldik) yang setiap sekolah telah menerimanya, pada kenyataannya sekolah masih mengejar dan meminta agar ada edaran khusus lagi yang menyangkut liburan semester.
Demikian juga halnya dengan prinsip “keterbukaan dan akuntabilitas”, belum dapat dilaksanakan secara optimal.
b. Kepala Sekolah belum memiliki otonomi luas, hal ini disebabkan antara lain:
1) Kepala Sekolah masih menunggu perintah dan edaran khusus dari Dinas untuk pelaksanaan kegiatan proses pembelajaran, misalnya selalu menunggu kapan waktu pelaksanaan Ulangan Umum semester, dan sebagainya.
2) Terbatasnya kreatifitas dalam pengelolaan sumber daya dan pengembangan strategi
3) Terbatas dan kurangynya inisiatif sekolah, misalnya untuk menyusun Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), banyak diantara mereka yang sekedar mengkopi dari sekolah lain dengan diubah nama sekolahnya, padahal semua sekolah sudah menerima bimbingan teknis dan panduan tata cara penyusunan KTSP.

c. Partispasi masyarakat dan orang tua siswa masih sangat terbatas pada dukungan keuangan saja. Sekolah belum melibatkan masyarakat dan orang tua siswa dalam merumuskan dan mengembangkan program-programnya dalam upaya meningkatkan kualitas sekolah. Peran serta Komite Sekolah masih sebatas sekedar untuk memperoleh legalitas dalam pengumpulan dana
d. Kepemimpinan masih kurang demokratis, keputusan-keputusan yang sifatnya sangat esensial hanya dibicarakan dengan kalangan guru secara terbatas, akibatnya terdapat sejumlah guru yang bersikap apatis dalam melaksanakan keputusan yang sangat strategis, misalnya penetapan batas ketuntasan belajar minimal.
e. Team-work bersifat semu, sebagai contoh seorang anak yang terpilih lewat seleksi sebagai Juara 1 Olimpiade Sains tingkat Kabupaten, harus mengikuti pemantapan dan pembinaan khusus agar lebih mampu bersaing dalam ajang Olimpiade serupa pada jenjang yang lebih tinggi, guru mata pelajaran lain kurang memberikan dukungannya.
f. Transparansi dalam rekrutmen dan manajemen tenaga kependidikan; dan manajemen keuangan sekolah, masih sangat terbatas.

B. KESIMPULAN

1. Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) belum sepenuhnya dapat dilaksanakan dengan baik, bahkan di beberapa sekolah MBS masih sekedar menjadi slogan semata.

2. Upaya peningkatan mutu sekolah dan hasil pembelajaran menjadi tersendat sebagai akibat dari MBS yang pelaksanaannya masih setengah hati

3. Tersendatnya peningkatan mutu sekolah dapat terlihat dari rendahnya prestasi sekolah, walaupun dana yang dimintakan sekolah kepada masyarakat dan orang tua siswa selalu terpenuhi. Sedangkan tersendatnya peningkatan mutu hasil pembelajaran dapat dilihat masih rendahnya capaian NILAI hasil Ujian Nasional.
4. Selama Kepala Sekolah belum memiliki semangat untuk melaksanakan Manajemen Berbasis Sekolah secara utuh dan optimal, maka upaya peningkatan mutu sekolah dan mutu pendidikan melalui Manajemen Berbasis Sekolah hanya akan menjadi angan-angan belaka.

5. Menjadi keprihatinan bersama apabila reorientasi penyelenggaraan pendidikan melalui Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) kurang memperoleh respon sewajarnya dari pihak sekolah.

Tidak ada komentar: